Pemula untukmu untukku Mt. Gede 2985 mdpl
- zhareanren
- Jul 24, 2016
- 7 min read
So, sudah lama banget gak share di blog yang usang ini. Berhubung lagi banyak kesibukan dan baru aja 2 minggu yang lalu turun gunung. Sekarang gua mau share tentang pengalaman pertama gua si pemula yang nekat nanjak ke Gunung Gede. Banyak banget cerita di balik keberhasilan menuju puncaknya.
Sabtu malam. 3 Juni 2016.
Semua anak-anak yang mau naik gunung sudah tiba di kampus Universitas Bakrie. Semua perlengkapan sudah di taroh di SC dan mulai di packing ulang sekitar pukul 22.00 WIB. Entah sama sekali gada persiapan perbekalan dari peralatan, kesehatan dan juga mental. Yang gua punya hari itu adalah modal nekat yang kuat. Gada sama sekali latihan fisik ataupun olahraga kecil lainnya. Semua perlangkapan yang murni gua siapin adalah pakaian dan barang pribadi lainnya, untuk perlengkapan gunung gua sudah percaya sama seseorang yang sudah nyiapin segalanya. You know me so well man~

Sebelum ke kampus, gua nyempetin diri untuk belanja beberapa makanan kecil untuk di atas nanti karena di sana gada warung ataupun minimarket *LOL
Tepat jam 00.00 WIB kita berangkat ke terminal kampung melayu dengan Grab Car. Satu mobil desak-desakan karena kita hemat budget hehehe. Intinya nyampe terminal itu jam 02.00 WIB. Buru-buru naik ke bus yang penumpangnya cuma kita dan lima orang penumpang luar. Malam itu gua cuma tidur 2 jam pulas, sisanya dipaksain buat melek. Ekspektasi gua adalah tidak separah kenyataan yang nanti bakal gua ceritain di bawah.
Kita turun di kaki gunung Gunung Putri dimana waktu itu sudah jam 06.00, kita naik angkot dan bersyukur banget gua ngeliat langsung matahari terbit dengan indahnya. Kuasa Allah SWT tidak ada yang meragukan. Sesampai di basecamp gunung putri jam 07.00 WIB. Kita nyempetin istirahat dan sarapan ala kadarnya disana. Satu nasi bungkus di makan 4 orang. Benar-benar kebersamaan terjalin disana. Setelah semua siap kita semua akhirnya mulai nanjak ke Gunung Gede lewat jalur Gunung Putri.
Awal mulanya nanjak rasanya sudah engap dan lelah banget, mungkin karena gua gak latihan fisik sebelumnya. Yang gua lakuin disana adalah narik napas sesering mungkin, membuka mulut, tidak berbicara dan istirahat setiap 5 langkah. It's Works !!! Gak tau kenapa itu buat gua jadi gak terlalu capek dan gak banyak ngeluh, padahal notabenenya adalah gua orang yang paling dikhawatirin di tim gua. WHY? karena gua rawan sakit dan drop, gampang pingsan tiba-tiba. Terus kenapa maksain naik gunung? ya itu, modal nekat kuat dan suka sama hal yang baru yang bikin gua tetep kekeh buat naik gunung. Oke lanjut yak !
Jalur yang gua ingat awalan kita naik itu adalah perkebunan luas, ada sumber mata air seperti air mengalir dan pemandangannya indah. Jalannya masih enak karena lurus dan tidak terjal. Selamat lah gua waktu itu tidak merasa capek banget. Sampe akhirnya, kita masuk ke hutan di Gunung Putri dan jalanan mulai banyak tanjakan, batuan dan akar-akar dari tanaman. Langitpun mulai terlihat samar-samar karena tertutupi oleh pepohonan tinggi. Suhu udara mulai mendingin, beruntunglah kita semua membawa sarung tangan dan kaos kaki karena disana dingin padahal hari mulai siang. Beda dengan di Jakarta. hehehe
Pertama kita nyampe di pos 1, dimana disitu kita minum untuk melepaskan dahaga dan beristirahat sejenak.

Setelah sudah cukup lama buat istirahat dan target kami adalah jam 5 sudah nyampe ke Surya Kencana, kamipun bergegas untuk melanjutkan perjalanan. Pos 2 lumayan dekat karena memang jarang ke pos 1 dan 2 sangat dekat, Pos 3 dan 4 adalah pos dengan jarak yang sangat jauh. Kami di bilang mau nyerah, kami mau nyerah. Capek, kram pada kaki, kedinginan, dehidrasi, dan lainnya kami keluhkan. Entah pendaki setempat yang selalu mengatakan bahwa ke Surya Kencana tinggal 2 jam lagi, itu yang membuat kami terus untuk melanjutkan perjalanan. Formasi yang tadi selalu bersama kini mulai terpisah, yang gak kuat nanjak memilih untuk jalan pelan-pelan, sedangkan yang sudah pro seperti Eni dan Aji terus melanjutkan perjalanan meskipun terkadang mereka berdua harus memback-up kami semua. Tepat di pos 4 gua dan teman-teman menyempatkan untuk sholat di jama' karena kami takut jika nanti tidak ada tempat lagi untuk sholat.
Ekspektasi kami yang nyampe di Surya Kencana jam 5 pun hanya menjadi angan-angan. Jam 5 sore kami masih di pos 4 dan untuk ke Surya Kencana masih harus 3 jam lagi. Karena sudah sama-sama lelah dan bermimpi untuk tidur nyenyak di tenda akhirnya kami terus melanjutkan perjalanan. Di sepanjang perjalanan gua mengalami banyak kendala, gua datang bulan ketika di pos 5, gua mulai asma dan sulit untuk bernapas, hampir mimisan karena suhu dingin banget, kepala migran dan pengen banget pingsan, tapi gua tahan itu semua karena gak mau ngerepotin yang lain. Akhirnya tiba di pos 5. Kami semua duduk selonjoran di tepi jalan, banyak para pendaki lainnya sedang menyantap pop mie dan kopi panas. Celaka ! teman kami hilang satu. Tiba-tiba saja dia tidak ada di sekitar kami, semua panik karena hari mulai gelap, akhirnya dengan cepat Eni dan Aji pergi duluan untuk mencari Mamat, teman kami yang tiba-tiba hilang.
Mendengar Mamat hilang, gua gabisa mikir banyak, pikiran gua ngawang dan cuma satu tujuan gue saat itu, yaitu pengen tiduran. Akhirnya, karena hari mulai gelap kamipun bergegas untuk segera ke Surya Kencana. OH DAMN !! lagi di perjalanan tiba-tiba saja hujan sangat deras. Dan kondisinya kita lagi tanjakan tinggi. Jas hujan gua di bawa sama mamat. OH GOD ! terlambat, gua sudah 70% basah kuyup, gua gak mikir lagi isi tas gua ikutan basah, tapi bak Super Hero yang datang menyelamatkan, Oman memberikanku jas hujan untuk ku kenakan, sedangkan dia merelakan dirinya basah kuyup kehujanan dan kedinginan. Suhu waktu itu adalah 3 Derajat celcius.
Ditengah buru-buru naik tiba-tiba mamat menghampiri kami dengan tersenyum lebar, ternyata dia sudah tiba duluan di Surya Kencana bersama pendaki lainnya. Dia datang menawarkan untuk gua memberikan tas gua karena gua sudah mulai gak stabil. Alhamdulillah, akhirya kami tiba di Surya Kencana. Waktu itu masih hujan deres dan Eni membuat bifak untuk kami berteduh. Gua sudah gak kuat lagi nahan semua itu, gua gak bisa nyembunyiin kalo gua kenapa-kenapa. Entah, gak tau kenapa gua seperti tidur dan bersandar di bahu Oman, dan saat itulah gua tidak sadarkan diri (read : pingsan).
Setelah gua sadar, yang gua lihat adalah gua sudah berganti baju dengan baju Sweater yang kering dan di sana cuman ada Oman, eni dan tika. Sementara yang lainnya sudah pergi ke arah Barat untuk membuatkan tenda.
Hari mulai makin sore, Eni dan Tika beranjak dan pergi menyusul yang lainnya yang sedang membuat tenda di entah berantah tempatnya, sementara gua masih terbaring lemas tak berdaya. Badan dingin membeku, tulang belakang terasa ikut membeku. Akhirnya sisa gua dan oman yang ada di bifak. Sebelum pergi eni berjanji akan menjemput kami disini jika tenda sudah didirikan. Seperti anak ayam yang polos kami hanya mempercayai dan membiarkan eni dan tika pergi.
Pukul 19.00, hari makin malam, angin semakin kencang, tidak ada penerangan kecuali satu senter milik oman, di sekeliling kami hanyalah gelap malam yang mencekam. Karena tak mau mati konyol akibat terkena hipotermia, akhirnya gua dan oman memutuskan untuk pergi menyusul mereka yang tak tau dimana. Sekitar sepuluh menit lamanya kita berjalan beriringan merapat karena kedinginan dan tanpa arah tujuan, kamipun memutuskan untuk kembali dan mencari tempat untuk beristirahat. DIsamping kami sudah sangat lelah untuk menghabiskan sisa tenaga kami berdua.
Pukul 22.00, kami menghangatkan diri di api unggun milik bapak tua yang berjualan di Putri Kencana. Kami mendekatkan diri k api unggun dan mengeringkan baju kami dibadan. Sedikit tertolong karena suhu badan kami mulai panas lagi. Sambil terus memanggil teman kami seraya berteriak kamipun akhirnya pasrah jika memang kami tidak dijemput.
Sekitar 10menit kemudian doa kami terkabul, Vito dan Mamat menjemput kami. Mereka membantu kami membawa sisa barang yang masih berada di bifak. Kamipun berjalan beriringan berempat di tengah gelapnya malam.
Tapi, Subhanallah... jika kamu melihat ke atas langit kamu akan melihat milyaran bintang ada tepat di atas kepala kamu. Pemandangan yang jarang kamu temui dirumah kamu. Saat itu hanyalah ucap syukur kepada Allah SWT karena telah melihat ciptaan-Nya yang sangat Agung.

Milky Way, Surya Kencana 3 Juni 2016 by Ghifari.
Sesampai di tempat tenda yang harus menempuh jarak sekitar 1km, kamipun bergegas untuk mengganti pakaian bersih seadanya dan makan malam. Bunda Eni ternyata sudah menyiapkan sup panas. Setelah agak membaik akhirnya gua memutuskan untuk tidur karena tidak kuat dengan dinginnya cuaca di luar. Gua hanya bisa bersembunyi dibalik sleeping bag yang hangat dan nyaman. (Sebenarnya masih panjang ceritanya, intinya oman sakit setelah gua mendingan)
Keesokan harinya, ini yang kami tunggu-tunggu. Selamat pagi Gunung Gede !!!!

Indah banget !! Gak akan pernah lupa sepanjang hidup lo karena ini langka banget lo liat. I swear bout this.
Gagal liat sunrise akhirnya kamipun bergegas untuk memasak sarapan pagi untuk anak anak cowonya. Menu sarapan pagi itu nasi goreng mentega, nugget, otak-otak, sosis dan telur. Oh ya, tidak ketinggalan mie instan !!
Selamat makan semuanya !!

Pukul 11.00 kami sudah berbenah dan membereskan semua perlengkapan, setelah asik dengan foto masing-masing hehhe akhirnya kami segera melanjutkan perjalanan menuju puncak Gunung Gede yang masih 2 jam lagi ditempuh. Yosh !!


Sebenarnya masih banyak karena gua narsis tapi ini yang terbaik dengan teman seperjuangan.
Ternyata, tanjakan untuk menuju ke puncak gak kalah melelahkan :') mungkin karena sudah terlalu lama beristirahat mengakibatkan kami cepat lelah kembali, tapi semangat juang kami untuk mengejar puncak GUnung Gede belum pudar, sebelum matahari terik dan kami juga mengejar waktu karena harus turun pada siang itu juga. Yap, pukul 13.00 kami tiba di puncak Gunung Gede. Saat itu kondisi puncak sedang berkabut dan dikelilingin oleh awan sehingga pemandangan jurang Gunung Gede kurang terlihat, tapi bagaimanapun kami puas dan bahagia karena sudah menginjakkan kaki di puncak Gunung Gede !! yayyy...




Meskipun muka belum mandi belum cuci muka muka bantal tapi rela untuk foto dan mengabadikan momen ini.


And then, Akhirnya kami turun melewati cibodas. Rute dan perjalanannya sangat amat lebih susah dibandingkan nanjaknya, karena jalannya licin, dan turunan dari gunung itu agak berliku liku penuh akar dan bebatuan. Tidak jarang gua jatuh terpeleset hingga 6x kali. Dan yang lebih menyenangkan lagi adalah kami melewati air terjun panas dan tanjakan setan.

Ini dia tanjakan setan yang hanya dibekali tali untuk menuruninnya, dan antrinya sangat panjang karena hanya satu orang per satu orang yang diperbolehkan turun.

(muka-muka lelah)
Hari mulai menjelang malam, sedangkan kami masih di stengah perjalanan, Tika terkilir dan mengharuskan dia harus berjalan pelan, sedangkan kami yang berada di depan setia menunggu kawan seperjuangan kami di depan tiap kami mulai terpisah. Seperti tersesat dihutan liar, kami masih terus menelusuri perjalanan kami, dengan cahaya senter yang seadanya kami pelan-pelan meraba tanjakan yang kami lewati.
Akhirnya, tepat pukul 23.00 kami tiba di bawah dan tempat basecamp. Karena kelelahan akhirnya saya kembali tidak sadarkan diri.
Pukul 00.30 kami bergegas untuk turun dan menunggu bus ke arah Jakarta. Setelah mendapatkan bus kami semua pun tertidur pulas hingga tiba di Jakarta pukul 03.00 WIB. Sahur pertama di bulan Ramadhan.
Perjalanan kami sungguh berharga, dan menjadi penutup bulan sebelum tibanya bulan suci Ramadhan. Semoga selanjutnya kita dapat kembali melangkahkan kaki ke gunung-gunung tinggi lainnya.


- Salam dari 2958 mdpl
Comments